Kisah Aji Saka adalah salah satu legenda Jawa paling terkenal yang berkaitan dengan asal-usul aksara Jawa atau Hanacaraka. Cerita ini tidak hanya dianggap sebagai mitos penciptaan huruf, tetapi juga menyimpan filosofi moral, kesetiaan, dan pengorbanan. Hingga kini, Hanacaraka masih dikenang sebagai simbol budaya Jawa yang sarat makna.
Siapa Aji Saka?
Aji Saka digambarkan sebagai tokoh sakti yang datang dari tanah seberang. Ia dipercaya membawa perubahan besar bagi kehidupan masyarakat Jawa, mulai dari tata aturan, peradaban, hingga tulisan. Dalam cerita rakyat, Aji Saka dikenal sebagai pahlawan yang menaklukkan raja kejam di Jawa bernama Dewata Cengkar. Dengan kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengalahkan sang raja dan membuka era baru yang lebih beradab.

Kisah Legenda: Dora dan Sembodo
Bagian paling populer dari kisah Aji Saka adalah cerita tentang dua abdinya, Dora dan Sembodo.
Sebelum pergi ke Jawa, Aji Saka menitipkan pusaka kepada Sembodo dengan pesan: jangan berikan kepada siapa pun kecuali dirinya. Setelah berkuasa di Jawa, Aji Saka mengirim Dora untuk mengambil pusaka itu. Namun, ketika Dora datang, Sembodo menolak memberikannya karena berpegang teguh pada pesan awal.
Keduanya bersikeras dan akhirnya bertarung hingga sama-sama gugur. Saat kembali, Aji Saka terkejut melihat kedua abdinya tewas karena kesalahpahaman. Untuk mengenang kesetiaan mereka, ia menciptakan susunan huruf yang kemudian dikenal sebagai Hanacaraka.
Hanacaraka: Asal-Usul Aksara Jawa
Hanacaraka adalah urutan dasar aksara Jawa yang terdiri dari 20 aksara utama. Susunannya berbentuk sebuah puisi pendek:
Ha Na Ca Ra Ka
Da Ta Sa Wa La
Pa Dha Ja Ya Nya
Ma Ga Ba Tha Nga

Secara harfiah, baris ini sering ditafsirkan sebagai:
“Ada dua utusan, saling berselisih, keduanya sama kuat, akhirnya mati bersama.”
Selain berfungsi sebagai alfabet, Hanacaraka juga menyimpan nilai filosofis: kesetiaan, ketaatan pada perintah, dan akibat dari kesalahpahaman.
Perspektif Historis
Dari sudut pandang sejarah, aksara Jawa sebenarnya berkembang dari aksara Pallawa India Selatan yang dibawa oleh pedagang dan penyebar agama Hindu-Buddha sekitar abad ke-5 Masehi. Seiring waktu, aksara ini mengalami penyesuaian hingga lahirlah bentuk aksara Jawa yang kita kenal saat ini.
Artinya, kisah Aji Saka lebih tepat dipandang sebagai legenda budaya yang memberikan legitimasi historis dan makna moral, bukan catatan sejarah literal.
Aksara Jawa di Masa Kini
Meski penggunaan aksara Jawa menurun karena dominasi alfabet Latin, Hanacaraka masih diajarkan di sekolah-sekolah di Jawa, terutama dalam pelajaran muatan lokal. Selain itu, aksara ini banyak digunakan pada papan nama jalan, undangan pernikahan, karya seni, hingga media digital. Upaya pelestarian terus dilakukan agar generasi muda tidak melupakan identitas budaya ini.
Toko Batik dan Oleh-oleh Khas Jogja

Anda dapat menemukan beragam batik di toko batik dan oleh-oleh terbesar dan terlengkap di Jogja yaitu Hamzah Batik. Berlokasi di Malioboro depan pasar Beringharjo, Hamzah Batik menyediakan beragam oleh-oleh Jogja seperti batik, camilan, kerajinan, dan cinderamata khas Jogja.
Kunjungi toko Hamzah Batik di Malioboro depan pasar Bringharjo, atau pesan melalui WhatsApp di 08112544239 atau 08112544245. Untuk bantuan atau saran selama berbelanja, hubungi Customer Service di WA 081128293456 atau melalui email cs@home.hamzahbatik.co.id.




